
Gejala strok klasik maupun yang kurang dikenal masyarakat telah disorot dalam laporan baru dari American Heart Association (AHA). Tinjauan yang diterbitkan pada hari Kamis (18/8/2022) di jurnal Circulation itu menguraikan pengetahuan terbaru tentang gejala penyakit kardiovaskular, termasuk strok.
Dilansir laman Insider, Ahad (21/8/2022), strok akut atau serangan otak terjadi ketika pembuluh darah yang memasok otak tersumbat atau rusak, kekurangan oksigen, dan menyebabkan kerusakan otak. AHA mengingatkan penting untuk mengenali dan menanggapi gejala strok, sedangkan perawatan tepat waktu dapat mencegah kecacatan jangka panjang dan kematian.
Gejala klasik mencakup wajah turun sebelah, bicara pelo, dan kelemahan pada tungkai
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), setiap 40 detik, seseorang di AS mengalami strok. Ini adalah penyebab utama kematian dan kecacatan jangka panjang di negara itu.
Strok dapat terjadi pada siapa saja, tetapi risiko terkena strok berbeda-beda pada setiap orang. Misalnya, risiko orang kulit hitam mengalami strok pertama hampir dua kali lebih tinggi daripada orang kulit putih.
Kemungkinan terkena strok sekitar dua kali lipat setiap dekade sejak usia 55 tahun. Kondisi medis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, dan kolesterol tinggi juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena strok.
Gejala strok klasik biasanya mulai tiba-tiba. Gejalanya meliputi mati rasa atau kelemahan pada wajah atau anggota badan (biasanya pada satu sisi tubuh), kesulitan berbicara, kebingungan, pusing, kesulitan berjalan karena kehilangan keseimbangan atau koordinasi, dan perubahan penglihatan pada satu atau kedua mata.
Menurut laporan AHA, gejala strok atipikal meliputi defisit sensorik parsial yang meliputi tidak dapat sepenuhnya merasakan sentuhan, nyeri, atau suhu. Mengalami vertigo dan penglihatan ganda termasuk gejalanya.
AHA mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami seperti apa gejala strok dalam demografi yang berbeda, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ras, etnis, usia, dan jenis strok.
Menurut tinjauan penelitian tahun 2021 yang dikutip dalam laporan AHA, wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk mendapatkan gejala nonfokal, yang tidak terkait dengan area otak tertentu. Gejala-gejala ini termasuk sakit kepala, perubahan kondisi mental, koma, dan pingsan, yaitu ketika seseorang tidak responsif, tetapi rangsangan fisik yang kuat membangkitkan mereka. rep/ron