Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan telah merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 sebesar 5,81 persen secara year on year (kuartal II 2022 terhadap kuartal II 2021). Peningkatan jumlah nilai tambah bruto (NTB) atas dasar harga konstan sebesar 3,08 trilyun rupiah selama semester I tahun 2022 ini terhadap semester I tahun 2021 apabila dikalkulasikan setara dengan pertumbuhan ekonomi kumulatif senilai 4,70 persen. Posisi pertumbuhan kuartal II 2022 ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kuartal II tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,58 persen (year on year). Secara year on year, kinerja ekonomi kuartal II-2022 sudah lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Hal ini menandakan pemulihan ekonomi yang berlangsung sejak kuartal II-2021 terus berlanjut dan semakin menguat.
Apabila ditelusuri menurut sumber pembentuk pertumbuhan ekonomi senilai 5,81 persen tersebut dapat diketahui bahwa sumber pembentuk pertumbuhan terbesar dari sisi suplai adalah pertambangan dan penggalian sebesar 2,36 persen. Dengan kontribusi sebesar 26,22 persen sektor pertambangan dapat tumbuh sebesar 9,78 persen. Sektor jasa-jasa juga masih tumbuh positif dan yang paling impresif adalah sektor transportasi yang tumbuh hingga dua digit yaitu 18,19 persen. Sektor jasa transportasi selain terdongkrak pertumbuhannya sebagai dampak relaksasi kebijakan terkait perjalanan domestik dan internasional (seiring melandainya kurva covid-19), juga turut mengambil manfaat dari peningkatan aktivitas pertambangan yang berorientasi ekspor.
Komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi dari sisi demand dapat diturunkan dari formula Keynesian yang terdiri dari penjumlahan pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto atau yang lebih dikenal dengan istilah investasi, perubahan inventori, ekspor, dan impor sebagai pengurang. Komponen dengan pertumbuhan tertinggi yaitu ekspor sebesar 26,22 persen. Komponen ekspor sebagai counterpart sisi suplai yang didominasi hampir sepertiganya oleh pertambagan saat ini sedang memperoleh windfall kenaikan harga komoditas unggulan Kalimantan Selatan di pasar global.
Pada kuartal I 2022, meskipun harga emas hitam juga terus meroket namun ekspor sempat tertahan karena kebijakan larangan ekspor batu bara oleh pemerintah selama Januari 2022. Komponen ekspor saat itu terkontraksi sekitar 0,93 persen. Hal ini lah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada kuartal I 2022 tidak sejajar dengan petumbuhan di kuartal II 2022. Di kuartal I 2022 ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 3,51 persen year on year.
Hingga saat ini batu bara masih diafiliasikan sebagai sumber energi yang tidak ramah lingkungan, namun masa baktinya tampaknya masih lama. Ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang membentuk carut marut rantai pasok sejumlah bahan pangan serta komoditas energi membuka celah peluang batu bara semakin naik daun. Indonesia khususnya Kalimantan Selatan harus menyikapi peluang ini secara tepat karena kondisi windfall yang didasari oleh commodity boom tidak bersifat sustain.
Tidak ada yang tahu kapan kenaikan harga-harga komoditas ini akan mencapai puncaknya dan mengalami titik balik. Satu hal yang pasti adalah di saat ini Kalimantan Selatan tengah berada pada masa commodity boom, sehingga mau tidak mau pemerintah harus memanfaatkan momentum ini. Pendapatan negara yang diperoleh dari windfall adalah rezeki nomplok yang seharusnya dipergunakan untuk perbaikan human capital. Berbicara human capital, Kalimantan Selatan saat ini masih menduduki ranking 20 dari 34 provinsi dalam variabel Indeks Pembangunan Manusia. Dari dimensi pendidikan, komponen Rata-rata Lama Sekolah Kalsel tahun 2021 sebesar 8,34. Secara rata-rata penduduk Kalsel usia 25 tahun ke atas telah menempuh pendidikan selama 8,34 tahun atau selesai kelas VIII / menjalani kelas IX, belum menamatkan pendidikan setara SLTP. Dari sisi ketenagakerjaan, sekitar 41,46 persen tenaga kerja Kalsel level pendidikannya SD ke bawah.
Pendidikan adalah booster kesejahteraan. Sudah semestinya pemerintah bijak memanfaatkan pendapatan yang mengalir dari ekspor komoditas yang sedang meroket harganya ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Sebagaimana amanat dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Meningkatkan kualitas pendidikan artinya juga mengakomodir salah satu goal dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu goal ke-4 ‘Quality Education’. Pendidikan juga diharapkan dapat menjadi kunci bagi penduduk miskin agar dapat memutus rantai lingkaran setan kemiskinan yang menjeratnya. Sekitar 27,6 persen penduduk miskin Kalsel masih berpendidikan belum tamat Sekolah Dasar. Orang-orang yang tergabung dalam 27,6 persen ini sulit sekali keluar dari rantai kemiskinan karena modal pendidikan mereka tidak mumpuni untuk membuat mereka dapat menaiki garis kemiskinan.
