Jumat, Juli 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Pendidikan di Meratus Masih Belum Merdeka

by matabanua
17 Agustus 2022
in Hulu Sungai Tengah, Indonesiana
0
D:\Data\Agustus 2022\1808\2\2\New Folder\Pendidikan di Meratus Masih Belum Merdeka.jpg
SEJUMLAH relawan saat mengajar di Dusun Mangga Jaya, Kecamatan BAT, Kabupaten HST. (Foto:mb/antara)

BARABAI – Kondisi pendidikan di Dusun Mangga Jaya, Desa Aing Bantai, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang masuk kawasan Pegunungan Meratus masih jauh dari kata merdeka.

Masih terdapat 75 persen kasus buta aksara di lokasi itu, padahal jumlah penduduk desa tersebut tahun 2022 tercatat ada 61 kepala keluarga (kk) dengan 203 jiwa.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\2\222\New Folder\Bupati HST Terima Penghargaan dari KSAD.jpg

Bupati HST Terima Penghargaan dari KSAD

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\2\222\New Folder\Polda Bangun RS Bhayangkara di Banjarbaru.jpg

Polda Bangun RS Bhayangkara di Banjarbaru

10 Juli 2025
Load More

“Bukan kami yang terlambat sekolah, akan tetapi sekolah yang terlambat masuk,” ungkap warga setempat bernama Apit saat kegiatan ekspedisi dan gotong-royong pendidikan oleh Komunitas Akar Bukit beberapa waktu lalu.

Para warga setempat menaruh harapan besar kepada anak-anaknya, untuk dapat mengeyam pendidikan yang layak. Bukan sekadar drama dengan membandingkan film Laskar Pelangi. Menurut warga, kondisi di Mangga Jaya jauh lebih parah dari keadaan di film tersebut.

Pada Juni 2021, pendidikan baru masuk di Dusun Mangga Jaya dengan bentuk masih non-formal, berupa pendidikan alternatif Paket A. Itu pun sempat vakum beberapa bulan karena dua tutor sebelumnya kurang aktif.

Di akhir 2021 hingga berjalan delapan bulan sekarang baru aktif lagi dengan diisi dua tutor baru dari desa tetangga, Desa Batu Perahu.

Para peserta didik pun sangat beragam. Anak-anak, dewasa, hingga orang tua turut bersekolah di sana. Kurikulum yang diterapkan pun membaca, menulis, menghitung (calistung), terlepas dari kurikulum 2013 atau merdeka belajar yang diluncurkan pemerintah.

“Pendidikan masih belum merdeka karena masih belum formal, bangunan sekolah belum ada, ATK minim, dukungannya belum dapat dirasakan masyarakat. Mudah-mudahan pemerintah dapat memperhatikan,” ucap salah satu tutor bernama Nurdin.

Tak ayal, ketiadaan bangunan sekolah membuat mereka melaksanakan proses belajar mengajar di Balai Adat. Saat berlangsung aruh ganal (acara suci), mereka terkadang harus numpang di rumah warga atau di luar ruangan untuk kegiatan pembelajaran.

Sebanyak 22 peserta didik yang aktif belajar di Pendidikan Paket A itu, semangat belajarnya pun begitu tinggi. Siang, sore, hingga malam, para peserta didik mendatangi guru untuk belajar membaca, menulis, berhitung, serta beragam wawasan umum yang ingin mereka pelajari.

“Walaupun jam mengajar biasanya pagi hingga siang, tetapi kapan pun mereka datang untuk belajar selalu kami layani,” ujar tutor lainnya Uncit Kesuma.

Nurdin dan Uncit mengajar selama 15 hari dalam sebulan di Mangga Jaya, sedangkan 15 harinya mereka libur untuk kembali ke keluarga di Batu Perahu, serta mengurus kebun dan ladangnya masing-masing.

Kesepakatan itu dibuat dengan pertimbangan akses yang begitu jauh, yakni sekitar 73 Km dari pusat Kota Barabai, bertepatan dengan perbatasan Kabupaten HST-Kotabaru.

Mereka memerlukan waktu dua hari perjalanan melintasi hutan belantara Pegunungan Meratus untuk menuju Mangga Jaya. Sedangkan orang baru dan masih awam, empat hari baru bisa sampai.

Tak ada akses transportasi yang bisa digunakan. Satu-satunya akses hanya menggunakan jalan setapak yang tak jarang bisa bertemu binatang-binatang buas, seperti ular, babi hutan, harimau, bahkan beruang pun masih ada berkeliaran.

“Takut itu pasti ada, tapi dituntut oleh keadaan. Selalu bawa parang untuk berjaga-jaga apabila bertemu binatang buas,” kata Uncit.

Segala ketakutan itu mereka lawan dengan semangat berbagi untuk mencerdaskan anak bangsa sebagai generasi penerus masa depan Mangga Jaya.

Terkadang, dalam diskusi bersama peserta didik, sering terdengar beragam cita-cita yang ingin mereka capai. Mulai dari guru, TNI, dokter, atau pembakal/kepala desa. “Cita-citanya ingin jadi dokter,” celoteh salah satu peserta didik Raras (13).

Pendidikan Paket A yang berjalan pun masih angkatan pertama. Masih belum ada integrasi jelas kelanjutan jenjang pendidikan tersebut. Belum lagi terkait beasiswa, biaya hidup, dan beragam penunjang pendidikan ke depan masih tabu.

Tidak Mudah

Pemkab HST mengaku, mengadakan pelayanan pendidikan di sana secara bertahap. “Ini memang tidak semudah memeratakan pendidikan sebagaimana di wilayah yang terjangkau di daerah perkotaan,” ujar Plt Kepala Dinas Pendidikan HST H M Anhar saat dikonfirmasi, Selasa (16/8).

Pemerintah mencontohkan, dengan kehadiran filial seperti di Aing Bantai yang dianggap merupakan perluasan pelayanan pendidikan dari SD Batu Perahu.

Sementara capaian itu disodorkan, para siswa dan warga setempat sering kali mengeluhkan terkait minimnya dukungan pendidikan, ATK, serta keaktifan guru yang jarang melaksanakan tanggung jawabnya untuk memberikan pembelajaran.

Bicara anggaran, Kabupaten HST satu-satunya kabupaten/kota di Kalsel yang mempunyai status fiskalnya sangat rendah. Keadaan itu membuat kemampuan keuangan daerah yang tidak bisa disamakan dengan yang lainnya.

“Kita sementara masih mengharap dari pusat dana DAK untuk perbaikan infrastruktur. Kemudian, ini juga menjadi perhatian terkait pendidiknya,” ucapnya.

Salah satu solusi yang pihaknya tawarkan, adalah mendorong agar warga lokal mempunyai pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga mereka bisa kembali ke tempatnya untuk membangun desanya.

Keterbatasan finansial dan akses pendidikan masyarakat, menjadi hambatan utama untuk dapat mengenyam pendidikan yang tinggi. Dorongan integrasi pembiayaan pun sangat diperlukan masyarakat untuk kejelasan akses tersebut.

Pemerintah mengklaim, di tahun depan akan mengembangkan beasiswa yang lebih khusus, salah satunya anak-anak yang ada di daerah 3T guna melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi, serta penyediaan rumah singgah dan asrama di daerah bawah untuk mereka.

Terkait penuntasan kasus buta aksara, belum ada percepatan akselerasi yang dilakukan. Pihaknya mengandalkan pembuatan filial seperti halnya untuk memutus mata rantai tersebut.

“Pendidikan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi semuanya. Pendidikan ini merupakan investasi, tidak bisa kita lakukan intervensinya hari ini maka besok langsung kelihatan hasilnya,” katanya.

Di sisi lain, pemerintah berharap tahapan ini menjadi suatu hal yang dapat dimaklumi.  “Yang penting progresnya ada, progresnya jalan,” ujarnya. ant

 

 

Tags: Dusun Mangga JayaKabupaten HSTKecamatan BATMeratus
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA