Jumat, Agustus 1, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Potret Generasi di Tengah Arus Globalisasi

by matabanua
2 Agustus 2022
in Opini
0

D:\Data\Agustus 2022\0803\8\8\foto.jpg

Oleh : Nor’alimah, S.Pd

Artikel Lainnya

D:\2025\Agustus 2025\1 Agustus 2025\8\8\Kwik Kian Gie.jpg

Kwik Kian Gie, Sang Nasionalis dan Penjaga Nalar Ekonomi Bangsa

31 Juli 2025
D:\2025\Agustus 2025\1 Agustus 2025\8\8\foto opini 1.jpg

PPATK Blokir Rekening Dormant: Langkah Berani Tumbangkan Judol

31 Juli 2025
Load More

Miris dan menyedihkan, inilah gambaran kondisi generasi hari ini. Berbagai fakta terjadi di sekitar kita, diantaranya kasus bullying yang terjadi di Tasikmalaya, kasus bundir (bunuh diri) akibat tidak lulus di PTN yang diinginkan. Hingga fenomena yang sedang viral Citayam Fashion Week (CFW) di SCBD.

Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas Jakarta, mulai meresahkan banyak pihak. Kawasan yang semula hanya diramaikan kumpulan bocah, kini berubah menjadi episentrum megah yang dipadati kelompok manusia dari berbagai kelas.  Imbasnya, kawasan yang notabene jalan umum tersebut kini berubah jadi panggung aksi yang berdampak pada kemacetan kendaraan bermotor, hingga sulitnya pejalan kaki untuk lewat. Selain itu, lenggok para peraga busana yang tentu menjadi sorotan kini semakin menuai kontroversi saat hadir sekelompok pria berpakaian wanita yang dinilai melanggar norma ketimuran yang masih dianggap menyimpang kodrat, khususnya di Indonesia. (Liputan6.com, 28/07/2022)

Kondisi ini menggambarkan potret buruk generasi. Padahal mereka adalah calon pemimpin masa depan, yang seharusnya menjadi kebanggaan bukan sebaliknya. Ditambah lagi sebagian orang mengapresiasi kreativitas pemuda Citayam ini, tanpa mempertimbangkan batasan-batasannya

Banyak anak muda usia sekolah bermain di SCBD, nongkrong bersama gebetan, hura-hura bahkan melakukan “fashion show” di jalanan yang bisa mengganggu akses pengguna jalan. Mereka melakukan aktivitas apasaja yang membuat hati senang (fun) dan bisa menaikkan eksitensi diri, agar viral dan terkenal. Serta mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan cepat. Tanpa sadar terjebak dalam pola hidup hedonisme dan permissif.

Berbagai masalah yang menimpa generasi hari ini bukanlah hal kebetulan. Ini merupakan hasil dari racun “fun, fashion, music” yang disajikan. Generasi digiring untuk mendapatkan kebahagiaan dunia semata tanpa mempertimbangkan akhirat

Hal ini menunjukkan potensi generasi telah dibajak dengan ide-ide yang rusak seperti sekularisme, liberalisme, hedonisme, dan pola hidup kapitalistik. Sekulerisme membuat generasi jauh dari agamanya, karena urusan agama dan kehidupan dipisahkan. Liberalisme menjadikan generasi lupa akan batasan-batasan berperilaku. Hedonisme menyebabkan gaya hidup generasi yang penting bisa membuat dirinya senang. Sedangkan pola hidup kapitalistik melahirkan generasi yang memandang kebahagiaan sebatas materi semata, sehingga materi dijadikan sebagai tujuan.

Peristiwa ini selayaknya mendapat perhatian serius, mengingat potensi generasi muda di masa yang akan datang. Terutama para penguasa yang bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Melakukan evaluasi terhadap kondisi generasi. Bukan sebaliknya justru mengapresiasi dan memfasilitasi aktivitas yang justru bertentangan dengan Islam.

Islam mengharamkan seorang yang mendukung kemaksiatan, terlebih jika dilakukan oleh penguasa. Kita bisa menyaksikan aktivitas dalam CFW bertentangan dengan syariat. Seperti, adanya aktivitas campur baur (ikhtilat) laki-laki dan perempuan, membuka aurat, tabarruj, berpacaran, berlenggak-lenggok bak model, aktivitas berpakaian laki-laki yang menyerupai wanita, bahkan lupa akan kewajiban sholat.

Islam meletakkan tanggung jawab mendidik generasi pada orang tua, masyarakat hingga negara. Orang tua memaksimalkan perannya sebagai pendidik pertama anak-anak mereka. Masyarakat juga mendukung dan memberikan kontrol sosial terhadap lingkungan sekitar. Negara merupakan pilar tertinggi, yang menentukan arah pandang pendidikan yang benar sesuai sistem pendidikan Islam.

Sistem pendidikan yang seharusnya tidak hanya berfokus pada materi saja. Agama menjadi bagian yang amat penting ditanamkan pada generasi. Agar terwujud sosok pribadi yang bersyaksiyah Islam (memiliki pola pikir dan sikap Islam). Negara juga berkewajiban menyaring berbagai informasi yang dapat merusak generasi, hanya konten-konten berkualitas yang diakses oleh masyarakat.

Dengan berjalannya seluruh fungsi ini (keluarga, masyarakat, dan negara), serta bergantinya sistem yang rusak hari ini dengan sistem Islam. Tentu bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan generasi terbaik di tengah-tengah umat. Menjadi pioner perubahan dan menghasilkan peradaban gemilang. Wallahu’alam bish-shawwab

 

 

Tags: Arus globalisasiCitayam Fashion WeekDukuh Atas JakartaNor’alimahSCBD
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA