
Menjadi seorang tokoh dan politisi perempuan memang sedikit berbeda dengan laki-laki. Politisi perempuan akan mendapat perhatian lebih dari masyarakat dibanding laki-laki. Budaya Indonesia yang mengharuskan perempuan harus mampu mengurus dapur, sumur dan kasur juga memengaruhi perhatian masyarakat terhadap politisi perempuan. Realita ini memang wajar menjadi perhatian karena selain politisi, perempuan pun seorang istri dan ibu dari anak-anaknya.
Perempuan harus mampu membagi waktu dengan maksimal mengenai urusan rumah tangga dan karir dalam politik. Banyak perempuan yang bagus karir politik namun lupa tugas sebagai istri dan juga sebaliknya perempuan yang hanya sebagai ibu rumah tangga saja.
Wanita karir dituntut lebih kuat dibanding perempuan lainnya, karena secara ekonomis selain memegang peran istri dan ibu perempuan ini pun berperan sebagai pencari nafkah. Politisi perempuan harus mampu fokus dalam pekerjaan diluar secara profesional dan kembali ke rumah sebagai istri dan ibu yang baik. Peran ganda seperti ini memang tidak adil bagi perempuan.
Namun begitulah budaya Indonesia, laki-laki yang sibuk kerja diluar tidak akan dituntut untuk mengurus rumah tangga. Sedangkan perempuan yang memiliki karir diluar masih dituntut mengurus suami, anak dan rumah tangga secara maksimal.
Profesional
Sebagai politisi dan istri perempuan harus mampu bersikap profesional baik dilingkungan kerja maupun rumah tangga. Salah satu tantangan bagi perempuan untuk berkarir dibidang politik adalah dukungan keluarga. Perempuan harus mendapat izin dari suami sebagai kepala rumah tangga dan mampu membagi tugas antara pekerjaan dan rumah tangga. Sangat wajar politisi perempuan mengalami dilema atas realita yang harus dihadapinya. Untuk meniti karir perempuan harus banyak menghadapi tantangan yang bahkan tidak dialami pria untuk meniti karir diluar atau politik. Perempuan harus mendapat perhatian lebih atas pilihannya, padahal berani berkarir merupakan langkah yang tepat bagi perempuan di zaman sekarang. Dengan menjadi politisi perempuan mampu memperjuangkan hak-hak golongannya, sumber inspirasi bagi perempuan lain dan menambah penghasilan untuk rumah tangga.
Di zaman sekarang Indonesia membutuhkan partisipasi perempuan yang lebih banyak dalam dunia politik. Kebijakan-kebijakan mengenai perempuan, pelecehan, perlindungan anak, melahirkan dan hal-hal lain yang menyangkut perempuan harusnya dilakukan oleh perempuan juga. Faktanya perempuanlah yang mengetahui masalahnya sendiri dan dibutuhkan lebih banyak perempuan untuk menyuarakan itu. Apalagi di zaman sekarang telah bermunculan kepala-kepala daerah perempuan yang menunjukkan eksistensi dan kepercayaan terhadap perempuan semakin meningkat.
Peran perempuan di politik semakin dibutuhkan dan telah mampu mengisi posisi-posisi strategis. Akan tetapi perjuangan perempuan akan lebih capek dibanding laki-laki. Secara kuantitas jumlah politisi perempuan kalah dengan kaum laki-laki dan posisi-posisi sentral masih didominasi oleh laki-laki. Sehingga perjuangan perempuan akan banyak memakan waktu, biaya dan tenaga untuk memperjuangkan hak-hak golongannya dan kepentingan Indonesia secara kolektif.
Sangat tidak adil jika perempuan harus berjuang sangat ekstra hanya untuk mendapatkan hak-haknya jika dibanding dengan laki-laki. Perempuan seakan memiliki hutang besar dimasa lalu dan harus dibayar mahal untuk mendapat hak-hak itu. Pilihan paling tepat bagi perempuan memang aktif dalam pembuatan kebijakan dan memperjuangkannya.
Perempuan harus meninggalkan rumah lebih cepat dan pulang lebih lambat untuk urusan golongan dan negara. Perempuan tidak boleh capek dan mengeluh karena yang akan memperjuangkan hak perempuan adalah perempuan sendiri. Namun, waktu yang habis terkuras diluar harus mampu diimbangi dengan kewajiban menjadi istri dan ibu yang baik. Secara Demokrasi perempuan tidak salah karena setiap warga negara berhak memilih pekerjaan tanpa adanya ancaman dan intervensi dari pihak manapun.
Akan tetapi perempuan tetaplah perempuan yang harus mampu mengurus segalanya secara maksimal. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, resiko serta pengorbanan yang harus dilakukan perempuan untuk pekerjaan semua akan sia-sia juga jika tidak mampu mengurus rumah tangga dengan baik. Sangat wajar perkembangan affimarvite action di Indonesia lamban karena budaya kita memang menuntut perempuan harus mampu melakukan segalanya. Perempuan bukanlah penyihir yang mampu melakukan segala hal dengan mudah dan cepat. Perempuan butuh proses, dukungan dan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. Perempuan juga layak disejajarkan dengan laki-laki dalam jabatan karir. Tuntutan yang dibebankan pada perempuan perlu dikurangi. Zaman sekarang perempuan dituntut untuk mampu produktif membantu suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Sebagai tokoh politisi kurangnya waktu perempuan dirumah harus bisa dimaklumi karena tuntutan kerja dan resiko yang tidak main-main. Sikap profesional perempuan harus bisa dimaklumi tanpa memaksakan semua urusan harus mampu dihadapi perempuan. Stop memberi stigma wanita karir gagal mendidik anak dan menelantarkan suami. Wanita karir juga punya pertimbangan yang matang sebelum melangkah ke dunia luar. Yang harus dilakukan adalah memberi dukungan dan masukan yang bersifat membangun karakter dan meningkatkan kepercayaan diri perempuan. Urusan politik dan rumah tangga sama-sama penting tinggal bagaimana perempuan mampu menjalankan kedua perannya dengan bijak dan maksimal sesuai kemampuannya.
Affirmative action saja masih kurang untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan. Resiko dan tuntutan yang dibebankan kepada perempuan sangat berat dan harus memiliki tekad dan mental yang kuat untuk yakin memasuki dunia politik.
Pemerintah harus mampu menciptakan kebijakan yang menjamin kesehatan dan kehormatan perempuan. Kebijakan ini sangat dibutuhkan karena kesehatan mental perempuan juga harus dijaga. Dunia politik secara historis masih menjadi lingkungan baru bagi perempuan. Dibutuhkan kebijakan-kebijakan yang lebih memerhatikan perempuan untuk menciptakan rasa nyaman dan kepercayaan diri untuk masuk dunia politik. Tentunya kebijakan itu mampu mengatasi dilema perempuan untuk lebih mengutamakan karir atau rumah tangga.
Hak-hak istimewa bagi perempuan juga perlu ditingkatkan untuk memberi perlindungan dan perhatian yang sudah sewajarnya didapatkan mereka. Kebijakan-kebijakan baru diharapkan mampu membantu perempuan untuk berani mengambil posisi dalam politik. Sugesti-sugesti wanita karir gagal dalam urusan rumah tangga mampu ditanggapi bijak oleh perempuan karena kualitas perempuan sendirilah yang menentukan keberhasilan karir dan rumah tangganya.
Kedepan di harapkan fokus perempuan tidak selalu goyah gara-gara menejemen waktu antara karir dan keluarga. Tidak semua wanita karir gagal menjadi istri dan ibu, nilai-nilai kerja keras dan mental kuat dari wanita karir bisa menular dan membangun karakter yang baik bagi anaknya. Terpenting perempuan mampu melihat peluang dan bijak dalam membagi waktu. Ketika perempuan menyampaikan nilai-nilai yang baik maka partisipasinya akan berhasil baik bukan hanya dibidang politik juga dalam urusan rumah tangga terhadap suami dan anaknya.