JAKARTA – Nilai tukar rupiah kian melemah hingga ke posisi Rp14.836 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (20/6) sore. Bahkan, mata uang sempat menembus Rp14.900 per dor AS pada awal pekan ini.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah bisa berdampak pada sejumlah aspek. Pertama, terjadi kenaikan biaya produksi manufaktur terutama yang bergantung pada bahan baku impor.
“Akan diteruskan kepada konsumen akhir sehingga akan menciptakan tekanan inflasi di dalam negeri yang lebih tinggi,” ujar Bhima.
Bhima memperkirakan barang impor yang akan dipengaruhi oleh pelemahan rupiah adalah barang elektronik seperti laptop dan telepon genggam. Selain itu, tekanan juga akan terasa pada produk otomotif, makanan dan minuman, serta pakaian.
Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah akan meningkatkan harga bahan pokok. Akibatnya, masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan aktivitas ekonomi lainnya.
Masyarakat yang akan paling berdampak atas kondisi ini adalah 40 persen pengeluaran yang paling bawah karena semakin rendah penghasilan seseorang di Indonesia maka akan semakin rentan terhadap fluktuasi harga barang di pasar.
Ketiga, pelemahan rupiah akan mempersulit masyarakat dalam mencari pekerjaan karena perusahaan akan lebih fokus melakukan efisiensi akibat tekanan biaya produksi.
“Dengan adanya tekanan dari biaya operasional, biaya produksi di perusahaan terutama di industri pengolahan dan perdagangan akan membuat lapangan pekerjaan menjadi lebih sulit,” ujar Bhima.
Bhima mengatakan pemerintah seharusnya meningkatkan ekspor yang bernilai tambah sehingga devisa dari ekspor bisa menahan keluarnya modal asing. Pemerintah juga bisa meningkatkan penyerapan surat utang di dalam negeri sehingga ketergantungan terhadap investasi di pasar surat utang bisa berkurang.
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan produksi di dalam negeri bisa memadai sehingga bisa menekan biaya impor yang menyebabkan fluktuasi harga pangan.
“Pemerintah juga perlu melakukan penguatan jaring pengaman sosial. Artinya, stimulus-stimulus yang diberikan sebelumnya pada masa pandemi tidak boleh terburu-buru dihentikan karena tantangan ekonomi ke depan masih membutuhkan bantuan sosial, bantuan bagi UMKM yang mencukupi,” ujar Bhima.
Hal senada juga disampaikan ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal yang mengatakan pelemahan rupiah akan sangat berpengaruh pada sektor dengan tingkat kebutuhan impor yang tinggi. Sektor tersebut adalah elektronik, manufaktur, dan otomotif. cnn/mb06