
Pada zaman sekarang, seringkali kita jumpai orang tua yang memaksakan kehendaknya kepada anak dengan dalih demi kebaikan anak. Tidak banyak pula yang terobsesi anaknya menjadi berprestasi dan mengesampingkan segala hal yang seharusnya di pertimbangkan. Ego besar yang dimiliki orang tua akan menjadi senjata yang sangat berbahaya untuk anak. Dikarenakan keinginan atau tuntutan yang tinggi dari orang tua, jika anak tidak bisa memenuhi tuntutan itu maka kekecewaan orang tua seringkali berbentuk hukuman fisik maupun mental untuk anak. Hal itu sangatlah berbahaya untuk perkembangan dan keadaan mental anak.
Tiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Orang tua tidak boleh memaksakan anak untuk menguasai semua bidang. Semua anak pintar, namun di bidangnya masing-masing. Seperti kutipan Albert Einstein, “Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid”. Maka dari itu kita tidak bisa menilai semua nya hanya dari satu sisi. Memiliki nilai akademik yang kurang bukan berarti bodoh. Hal itu tidak bisa menjadi alasan orang tua untuk menganggap anak telah gagal dan tidak akan pernah bisa memiliki prestasi. Bisa saja mereka memiliki bakat yang luar biasa dibidang seni, olahraga ataupun bidang lainnya. Maka dari itu orang tua harus senantiasa memberikan dukungan kepada anak.
Kondisi ini akan semakin parah saat anak telah menjadi dewasa. Jika saat di bangku sekolah anak dituntut menjadi juara kelas, serta memiliki sederet prestasi lainnya, maka ketika anak telah memasuki jenjang kuliah, orang tua akan cenderung memaksakan kehendaknya agar anak memilih jurusan kuliah yang sesuai dengan keinginan orang tua tanpa mempertimbangkan keinginan anak.
Akibatnya tidak sedikit anak yang merasa salah jurusan bahkan sampai tidak bisa menyelesaikan pendidikannya karena ketidaksesuaian antara jurusan yang dipilih dengan kemampuan anak. Jika salah memilih jurusan, sama hal nya dengan salah menentukan masa depan. Anak yang memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya cenderung cenderung akan mengalami berbagai masalah, sebagai contohnya adalah masalah psikologis. Dan apabila anak memilih jurusan yang sesuai dengan minatnya, motivasi, hasil belajar serta prestasi belajarnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dipaksa untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya. Semua jurusan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia. Apa yang terbaik bagi orang tua belum tentu menjadi yang terbaik untuk anak juga. Tidak ada manusia yang terlahir benar-benar sempurna. Karena yang akan menjalankan semua itu adalah anak maka orang tua sudah seharusnya memberikan kesempatan dan mendengarkan pendapat anak.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan apa yang menjadi minat nya itu sangat penting. Anak memiliki kebebasan untuk memilih tiap langkah yang akan dijalaninya. Berikan kepercayaan dan jalin komunikasi yang baik dengan anak merupakan dua hal yang harus dilakukan. Ciptakan komunikasi yang baik dengan anak dalam setiap proses yang dijalani anak. Hindari kalimat yang dapat memusnahkan rasa nyaman dan mematahkan kepercayaan diri anak. Karena pada kenyataannya, masih banyak orang tua yang memiliki pemikiran seperti, “Untuk apa mendengarkan pendapat anak-anak? Mereka belum tahu apa-apa.”, “Bukannya mereka masih kecil?”, “Tahu apa anak-anak?”.
Pemikiran seperti ini hadir karena orang tua menganggap bahwa anak tidaklah memiliki kecukupan pada pengetahuan maupun pengalaman, sehingga mereka tidak akan paham dalam mengambil suatu keputusan. Padahal pada dasarnya tiap manusia akan belajar. Hal ini menekankan bahwa menghargai pendapat anak bukan melihat dari kapasitasnya ataupun kemampuan anak dalam memahami masalah.
Namun sesederhana menghargainya karena mereka memiliki cara pandang tertentu. Orang tua bisa sambil memberikan pengarahan serta masukan yang membangun agar anak dapat membuat keputusan yang terbaik. Memberikan kesempatan anak untuk berpendapat juga menjadi salah satu sarana melatih keberanian anak dan dapat berpengaruh pada perkembangan self esteem anak, keterampilan bersosialisasi dan salah satu yang utama adalah kemampuan anak dalam memahami dan menghargai orang lain.
Komunikasi dua arah antara orang tua dan anak serta saling memahami satu sama lain juga dapat menciptakan hubungan yang harmonis. Lingkungan yang sehat untuk perkembangan anak tercipta ketika orang tua bisa memulai mengenal, memahami dan mendengarkan pendapat anak dengan baik. Saat hubungan harmonis itu tercipta, maka tidak akan ada jarak yang memisahkan antara orang tua dan anak sehingga akan tercipta keluarga yang baik untuk orang tua maupun anak.