JAKARTA – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono mengatakan, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, tidak terlepas dari dampak ketidakpastian global, baik yang dipicu pandemi Covid-19, konflik Rusia-Ukraina, dan berbagai kebijakan di negara maju, maupun faktor cuaca.
Akibatnya hara berbagai komoditas di pasar global naik, termasuk bahan pangan dan energi yang kemudian memicu kenaikan harga di dalam negeri di banyak negara.
“Jika kondisi ini terus berkelanjutan bisa menyebabkan trjadinya peningkatan inflasi, penurunan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, serta memberi tekanan fiskal. Mengingat APBN banyak digunakan untuk menyediakan dukungan bantalan sosial bagi masyarkat, khususnya kelompok tidak mampu” ujar Edy dalam keterangannya, Selasa.
“Selain itu, pengurangan jumlahuang beredar di negara maju juga bisa menekan pasar keuangan melalui pelemahan rupiah, dan berisiko pada meningkatnya tingkat bunga,” tambahnya.
Menurut Edy, di tengah berbagai risiko global yang muncul, perekonoman Indonesia mampu melanjutkan tren perbaikan yang konsisten.
Dia menyebut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan I 2022 sebesar 5,01 persen (year to year).
Pertumbuhan perekonomian tersbut, ungkap Edy, ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, tetap terjaganya kinerja ekspor, dan bergairahnya aktivitas ekonomi seputar lebaran. “Perputaran ekonomi pada Idul Fitri juga ikut berperan alam mendorong pertumbuhan di Triwulan I,” katanya.
Edy juga mencatat, meski terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, namun dari sisi demand, konsumsi rumah tangga justru tumbuh, yakni sebesar 4,34 persen (ear to year), atau jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan IV 2021 sebesar 3,55 persen (year to year). okz/mb06