
Pola asuh atau interpersonal relationships merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Hal yang paling utama dalam proses perkembangan sosial adalah keluarga. Kualitas hubungan anak dengan orang tua sangatlah penting dan berpengaruh terhadap perkembangan anak seperti kesehatan mental, gaya hidup, kesehatan fisik, dan keterampilan sosial. Kualitas hubungan antara anak dengan orang tua tercermin lewat pola asuh.
Pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dengan anak yang mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak menuju kedewasaan berdasarkan norma-norma yang ada di masyarakat (Edward, 2006). Hal ini berarti interaksi antara orang tua atau dengan lingkungan sekitarnya mampu menstimulisasi perkembangan anak. Interaksi yang positif antara orang tua dengan anak akan membangun sebuah persepsi, mampu membimbing serta mengendalikan perilaku-perilaku negatif yang muncul pada anak serta mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang ada pada anak.
Sri Nur Solikah (2016) Pertumbuhan berhubungan dengan aspek fisik sedangkan perkembangan berhubungan dengan segala aspek yang berhubungan dengan segala perubahan yang terjadi pada anak baik perubahan fisik, kognif, emosi maupun psikososial. Pada masa balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Pada masa ini anak memerlukan kasih sayang dan arahan dari orang tuanya. Salah satu aspek terpenting dalam proses tumbuh kembang balita adalah perkembangan motorik.
Usia lima tahun pertama pada anak merupakan masa golden age pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini terjadi perkembangan kemampuan dasar anak usia dini yang meliputi bidang pengembangan fisik atau motorik, kognitif, sosial-emosional. Menurut Sulistyaningrum, Yeni (2011) usia 0 – 5 tahun merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Hubungan yang baik antara anak dan orang tua akan membantu pembinaan kepribadian anak.
Empat perkembangan dasar ini memiliki makna yang sangat signifikan sebagai fondasi awal perkembangan anak menuju tahapan perkembangan selanjutnya. Perkembangan fisik atau motorik meliputi empat aspek pengembangan, yaitu: (1) mengembangkan sistem saraf di otak, yang mempengaruhi kecerdasan dan emosi di otak; (2) mengembangkan otot-otot, yang memperngaruhi perkembangan kekuatan dan perkembangan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru; (4) Struktur tubuh atau fisik,meliputi tinggi,berat dan proporsi.
Anak dikatakan mengalami perlambatan perkembangan jika dua atau lebih kemampuan dasar ini tidak mampu berkembang secara optimal (Ngurah, dkk, 2008 dalam Gunarti, 2014). Tumbuh kembang optimal dapat tercapai apabila ada interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, koginitf, bahasa dan sosial emosional. Pengembangan kemampuann dasar anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua atau keluarga yang dilakukan kepada anaknya, misalnya peraturan dan cara mendidik yang ketat sehingga anak merasa terkekang.
Menurut Hurlock (1990) pola asuh orang tua dibedakan menjadi tiga yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permissif dan pola asuh demokratis. Pola asuh otoriter adalah orang tua yang mendidik anak dengan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
Pola asuh permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua, tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. Menurut Fitriana (2018) pola asuh orang tua yang otoriter yang selalu memberikan aturanaturan ketat terhadap anak, sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya dan selalu membatasi apapun yang dilakukan oleh anak sehingga anak akan mempunyai sifat ragu-ragu, tidak percaya diri, dan tidak sanggup mengambil keputusan sendiri.
Pada anak usia dini kolaborasi antara pengasuhan dan pendikan di jenjang pendidikan anak usia menjadi faktor penentu keberhasilan stimulisasi perkembangan anak. Taman Kanak Kanak (TK) adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan PAUD yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh terhadap perkembangan anak. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2011), menunjukkan terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak di RA Darusalam, Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 atau P <0,05.