
BANJARMASIN – Pelayanan Perseroan Terbatas Air Minum (PAM) Bandarmasih Kota Banjarmasin dikeluhkan pelanggan warga Jalan Tanjung Berkat Kelurahan Teluk Tiram, Banjarmasin Barat.
Betapa tidak, di tempat mereka kemacetan pendistribusian air bersih sudah berlangsung sejak empat bulan yang lalu. Untuk keperluan mandi cuci dan kakus (MCK), warga terpaksa menggunakan air sungai.
“Leding macet total. Kalaupun ada mengalir, cuma kadang-kadang saja. Air yang mengalir juga seperti air comberan. Bau, keruh, dan berbuih,” keluh Ketua RT 15, Anang Ansyari, Minggu (8/5).
Dijelaskan Anang, setidaknya ada empat rukun tetangga (RT) di kawasan Tanjung Berkat yang mengeluhkan hal itu. Yakni RT 15, 16, 17 dan RT 18.
Menurutnya, segala upaya sudah pernah dilakukan. Misalnya, melaporkan kondisi yang mereka alami, baik secara online, surat tertulis maupun mendatangi langsung kantor PAM Bandarmasih.
Namun, jawaban dan solusi yang diberikan jauh dari ekspektasi yang diinginkan. Anang mengatakan, pihak PAM Bandarmasih hanya datang untuk melakukan pengontrolan lokasi.
“Petugas PAM bilang, nanti malam air akan mengalir. Tapi nyatanya, tak mengalir juga. Sepekan sebelum Ramadhan juga sudah kami laporkan, tapi tak ada perkembangan. Kami seperti diberikan harapan palsu,” jelasnya. Sementara, tagihan PAM tiap bulan tetap mereka bayar meski leding macet total.
Anang menjelaskan, untuk keperluan konsumsi seperti memasak atau diminum, warga memilih membeli air.
“Kami tak masalah kalau harus membeli air. Tapi lokasinya kan jauh. Tak mudah membawa berjeriken air, kasihan yang sudah tua,” tekannya.
Sedangkan untuk mandi cuci kakus (MCK), mau tidak mau warga pun memakai air sungai. Ditampung dalam ember dan lain sebagainya. “Coba bayangkan saja kalau misalnya tidak ada sungai, bisa makin parah kondisi kami,” keluhnya.
Hal senada disampaikan warga lainnya, Nurdin. Dia membenarkan kemacetan distribusi air bersih dari PAM Bandarmasih sudah dialaminya sejak berbulan-bulan.
“Kalau air sungai sedang naik, cukup mengambil dari kolong rumah. Tidak sampai harus pergi ke sungai,” ungkapnya.
Warga lainnya, Zainudin menjelaskan, untuk keperluan memasak dan minum, ia selalu membeli berjeriken-jeriken air.
“Per jeriken ukuran sepuluh liter, biasanya Rp 500. Beli bisa langsung sepuluh jeriken per pekan. Kalau tiap hari beli, lelah membawanya,” jelasnya.
Sedangkan untuk keperluan lain, ia memgambil air di sungai. Namun, penggunaan air sungai untuk mandi tersebut terkadang tidak cocok, hingga menimbulkan gatal-gatal.
Zainudin mengaku terserang penyakit kulit, lantaran tidak terbiasa menggunakan air bersih dari PAM untuk mandi.
Direktur Teknik PTAM Bandarmasih Supian ketika dikonfirmasi, berjanji segera memeriksa kondisi yang dikeluhkan warga Tanjung Berkat.
“Coba nanti saya cek. Kalau informasinya aman-aman saja. Nanti kita perintahkan petugas memeriksa ke lokasi,” ujarnya.
Ia mengklaim, jika warga memang telah menyampaikan surat keluhan, pihaknya akan langsung menanggapi.
“Biasanya kalau ada surat pasti tembus ke saya. Biasanya cepat saja, tidak pernah menunda waktu. Tapi nanti periksa lagi, apakah surat itu masuknya saat lebaran tadi atau sebelum lebaran,” tukasnya. Dwi