BANJARMASIN – Budaya masyarakat Kalimantan Selatan di bulan Ramadhan yakni bagarakan (membangunkan orang tidur) saat sahur masih terdengar, tetapi tidak semarak dulu lagi.
Seperti di bilangan Kompleks Mandiri Lestari, Jalan Sultan Adam, Kota Banjarmasin, pada malam malam tertentu terdengar sayup-sayup irama bunyi-bunyian dari peralatan dapur yang dipukul.
Berdasarkan informasi, bagarakan sahur tersebut dilakukan oleh anak anak dan remaja, mereka keliling kampung dengan memukul benda benda yang berbunyi lalu menimbulkan irama.
Bunyi-bunyian tersebut bergema di waktu sahur dibarengi dengan suara anak-anak dan remaja dengan meneriakkan; “sahuur, sahuur.”
Kegiatan remaja tersebut konon berada di sekitaran Sungai Andai, Sungai Awang, dan kawasan Jalan Sultan Adam sendiri.
Sementara di Kompleks Mandiri Lestari sendiri juga ada yang bagarakan sahur, tetapi memanfaatkan bunyi klakson sepeda motor dibarengi dengan kata-kata “sahur, sahuuur.” . Ini dilakukan oleh penjaga malam kawasan setempat.
Berdasarkan sebuah catatan, bagarakan sahur merupakan aktivitas pemuda Kalsel yang bangun di tengah malam selama bulan Ramadhan denagn tujuan membangunkan kaum muslim untuk makan sahur.
Awalnya, bagarakan sahur ini dilakukan di daratan Kalsel yang didominasi suku Melayu Banjar. Budaya ini menjadi bagian dari Melayu Islam, seiring masuknya Islam ke wilayah Banjar.
Budaya bagarakan sahur jga spesifik dengan kemampuan menyesuaikan diri atas kondisi kehidupan masyarakat dan potensi alam.
Makanya, dalam acara bagarakan sahur sering kali orang memanfaatkan peralatan seadanya, seperti besi-besi tua, peralatan tani seperti pacul, bajak, parang, linggis, serta jenis besi lain yang mampu mengeluarkan suara nyaring, ditambah dengan kentungan terbuat dari bambu.
Era tahun 60-an hingga 70-an bagarakan sahur menjadi hiburan rakyat yang populer setiap Ramadhan. Saat itu, tak hanya besi tua yang menjadi alat yang dipukul tetapi ditambah dengan suara seruling, gendang, dan gong.
Suara dentingan besi tua diselingi dengan suara seruling, gendang, dan gong menghasilkan irama yang enak didengar. Akibatnya, warga selain mudah terbangun oleh suara bising besi tua juga merasa terhibur oleh suara suling dengan irama khas lagu-lagu Banjar.
Tentunya, ada pula yang diangkut dengan gerobak. Bahkan, ada sebagian menggunakan soundsystem dengan memutar lagu-lagu dangdut.
Upaya menghidupkan budaya “bagarakan” tersebut banyak pihak yang menggelar lomba, beberapa kali di Pemkot Banjarbaru, dan sekarang sedang berlangsung di Kabupaten Balangan, lomba bagarakan sahur tepatnya di Kota Paringin, ibukota kabupaten setempat. Ant