Kepala Keperawatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Dr. Debie Dahlia, S.Kp, MHSM mengatakan, mereka dengan riwayat penyakit diabetes selama 5-10 tahun berisiko mengalami luka diabetes.
“Risiko luka diabetes dapat dialami oleh pasien diabetes yang sudah menderita penyakit tersebut sekitar 5-10 tahun. Semakin lama menderita diabetes, maka semakin tinggi juga risikonya,” kata dia melalui siaran pers RSUI, dikutip Rabu.
Luka diabetes merupakan suatu kondisi kerusakan jaringan kulit yang ditemukan pada pasien diabetes, dimulai dari epidermis, dermis, jaringan subkultan dan menyebar ke jaringan yang lebih dalam, seperti tulang dan otot. Luka ini merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pada penyandang diabetes.
Penyebab mudah terjadinya luka pada pasien diabetes yakni karena terjadi kerusakan saraf pada daerah kaki, yang dapat menyebabkan kelainan bentuk kaki, berkurangnya sensasi merasakan sentuhan, sakit, maupun perubahan suhu. Selain itu kulit kering dan gangguan regulasi keringat yang kulit kering, juga berpotensi menyebabkan luka.
Debie mengungkapkan, sebanyak 20 persen pasien diabetes yang dirawat inap disebabkan oleh masalah luka diabetes. Luka ini sering terjadi pada ekstemitas bawah dan sulit untuk sembuh. Area yang berisiko terjadi luka antara lain telapak kaki, area persendian, atau area lain.
Berbicara penanganan luka kaki diabetes, dia mengingatkan pasien sebaiknya tidak sebatas ke klinik luka,atau ke spesialis penyakit dalam, tetapi juga menjalani pengobatan komprehensif, misalnya ke bagian vaskuler.
Pada prinsipnya ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam penanganan luka kaki diabetes yaitu kontrol faktor risiko, revaskularisasi dan perawatan luka.
“Jadi penting sekali kita memahami luka diabetes dan cara pencegahannya. Selain itu perawatan dan pengobatan luka diabetes juga membutuhkan biaya mahal. Sebanyak 2-3 persen penyandang luka kaki diabetes mengalami amputasi dan diperkirakan setiap 30 detik amputasi terjadi akibat luka diabetes,” demikian tutur Debie.ant