Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) melonjak di awal 2022. Berikut gejala khas DBD yang perlu diwaspadai.
Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD sebanyak 22.331 kasus per 31 Maret lalu. Angka tersebut melonjak cukup tinggi bila dibandingkan kasus pada tiga pekan awal 2022 yang mencatatkan 313 kasus.
Anggraini Alam, dokter spesialis anak yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi & Penyakit Tropis – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan bahwa demam yang sulit turun meski mengonsumsi obat penurun panas bisa jadi gejala Dengue.
“Demam tidak turun atau segera naik walau telah memberikan penurun demam seperti acetaminophen atau parasetamol,” kata Anggraini seperti dikutip Antara.
Waspadai juga terkena DBD bila demam juga tak turun meski sudah memakai kompres hangat dan meminum cairan dengan rasa atau selain air putih. Demam juga bisa disertai kulit wajah kemerahan dan tidak nyaman saat menghadapi cahaya terang.
Jika itu terjadi, penting untuk mencari tahu apakah di lingkungan rumah, sekolah atau orang-orang di sekitar ada yang terkena penyakit DBD untuk membantu memastikan penyebabnya.
Dengue adalah penyakit demam mendadak tinggi yang disebabkan virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Selain demam tinggi, tanda-tandanya berupa:
– nyeri kepala
– nyeri otot dan sendi
– nyeri belakang mata
– ruam di kulit
– hilang nafsu makan
– perdarahan
– mual serta muntah
Perdarahan pada DBD bisa berupa mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah kulit di daerah muka, leher, dada atau punggung atas, tinja berwarna hitam atau darah haid yang berlebihan.
Dalam perjalanan penyakit DBD, fase kritis justru terjadi ketika demam mulai turun, di mana ada potensi terjadinya komplikasi pada Dengue antara hari ketiga hingga ketujuh.
Pada fase kritis ada potensi komplikasi seperti syok karena perembesan plasma yang hebat, perdarahan otak, kelainan metabolik, kegagalan hati fulminan hingga syok berkepanjangan yang berujung kematian.
Segeralah pergi ke fasilitas kesehatan bila tubuh merasa lemas, asupan minum kurang, tidak buang air kecil di atas enam jam, nyeri perut hebat, perdarahan, sesak napas, pucat, gelisah, kejang, tangan dan kaki dingin saat diraba.
Gejala lainnya adalah sering mengantuk, kesulitan bernapas, kebingungan mental, muntah darah dan bercak merah kulit di berbagai tempat. Gejala-gejala tersebut merupakan tanda peringatan untuk kondisi yang membahayakan.
Pasien yang kondisinya lebih baik boleh saja dirawat di rumah, tapi pastikan asupan cairannya tercukupi, tak hanya air putih, tetapi juga susu, jus buah dan cairan elektrolit isotonik agar elektrolit dalam tubuh tetap seimbang.
Anggraini mengatakan, parasetamol oral bisa dikonsumsi dengan catatan tidak lebih dari 75mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 4g/hari. Kompres dan seka tubuh dengan air hangat serta periksa dan berantas sarang nyamuk di dalam atau sekitar rumah.
Setelah mengetahui gejala khas DBD, dia kemudian mengingatkan bahwa konsumsi antibiobik tidak diperlukan, jangan pula mengonsumsi obat berisi asam asetilsalisilat (aspirin), asam mefenamat (ponstan), ibuprofen atau obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) atau steroid.
Konsultasikan dengan dokter bila pasien telah mengonsumsi obat ini sebelumnya.ant
Tanda Kolesterol Tinggi pada Orang di Bawah 45 TahunKolesterol tinggi terjadi ketika Anda memiliki terlalu banyak kolesterol jahat dalam darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan peredaran darah, seperti serangan jantung dan strok.
Gejala awalnya sering kali tidak tampak secara jelas, sehingga sulit dideteksi sedari dini. Meski begitu, para ahli mengungkap bahwa perubahan di area mata bisa menjadi indikator yang kuat, terutama bagi individu di bawah usia 45 tahun.
Perubahan yang dimaksud adalah munculnya lingkaran berwarna biru, abu-abu, atau putih di bawah bagian luar kornea yang merupakan penutup tipis mata. Kondisi yang juga disebut arcus senilis ini lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Terlepas dari itu, para ahli mengakui bahwa arcus senilis ini tidak selalu menjadi tanda kolesterol tinggi karena juga dianggap sebagai tanda penuaan yang normal. Namun, bila terjadi pada orang yang lebih muda, yakni di bawah 45 tahun, hal itu disebabkan oleh hiperlipidemia dan sebagian besar terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine telah menilik lebih jauh soal arcus senilis atau arkus kornea. Dalam penelitian tersebut, 500 orang di atas usia 40 diskrining untuk arkus kornea dan dipelajari berkaitan dengan usia, jenis kelamin, kebiasaan diet, penebalan arteri perifer (pemeriksaan fundus), tekanan darah dan katarak terkait serta patologi fundus.
Hanya 225 dari 500 yang diskrining memiliki arkus kornea (45 persen). Peningkatan yang berbeda dalam insiden arkus kornea dengan usia dapat diamati dan lebih di atas usia 60 tahun.
“Arcus kornea hanya muncul pada 45 persen dari total 500 pasien yang diskrining di atas usia 40 tahun, namun itu hadir di lebih dari 70 persen kasus di atas 60 tahun,” kata penelitian tersebut seperti dilansir dari Express, Selasa (19/4).Kadar trigliserida saat puasa yang merupakan salah satu indeks akurat status fungsional metabolisme lipid meningkat pada 72 persen kasus yang menunjukkan korelasi kuat antara gangguan metabolisme lipid dan kejadian arcus kornea. Orang yang berusia di bawah 40 tahun dan menderita arkus kornea harus menjalani tes darah untuk memeriksa kadar kolesterol dan lipid.
Anda mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi untuk kolesterol tinggi dan penyakit arteri koroner. Dokter akan mengobati kolesterol tinggi dengan beberapa cara.
Anda bisa memulainya dengan mencoba perubahan gaya hidup, seperti lebih banyak berolahraga dan mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. Arkus kornea disebabkan oleh timbunan lemak (lipid) di bagian luar kornea.
American Academy of Ophthalmology mengatakan bahwa dokter mata cukup melihat mata untuk mendiagnosis arkus kornea. Kadang-kadang mereka juga akan menggunakan mikroskop slit-lamp. Arkus kornea tidak memiliki gejala dan tidak menyebabkan masalah penglihatan, jadi tidak diperlukan pengobatan.rep/ron