
RANTAU – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax dari Rp 9.200 ke Rp 12.750 per liter, berdampak buruk terhadap bisnis Pertashop milik desa di Kabupaten Tapin,
Manager Keuangan Pertashop Bumdes Mitra Usaha Kecamatan Salam Babaris, Zainal Arifin mengungkapkan, sejak diberlakukannya harga baru pada 1 April lalu, pihaknya sulit menjual Pertamax.
“Sebelumnya, penjualan rata rata 2.000 liter per hari. Sekarang turun, rata rata 600-700 liter per hari. Kalau hari pasar di desa bisa tembus ke angka 1.000 liter,” jelasnya, Senin (18/4).
“Menurutnya, lebih 60 persen terjadi penurunan penjualan apabila isu kenaikan pertamax ke harga Rp 16 ribu terjadi. “Maka ada kemungkinan untuk sementara Pertashop tutup,” ujarnya.
Namun dengan kondisi sekarang, bisnis Pertashop yang dikelolanya masih untung, hanya saja capaian penjualan per hari menurun dibandingkan sebelumnya. “Untuk sekarang bisnis Pertashop masih layak untuk dijalankan,” ujarnya.
Senada, Manager Bumdesma Sirang Pitu Mitra Meratus Kecamatan Piani, Nor Kamarudin mengungkapkan, peminat Pertamax di wilayah perbukitan kini juga turun drastis.
“Sebelumnya penjualan kami rata-rata tembus 1.300 liter per hari. Sekarang hanya berkisar ke 400 liter per hari,” terangnya.
Menurut mereka, sementara ini perputaran ekonomi bisnis Pertashop lesu dibandingkan sebelumnya. Harga pertalite di pasaran Rp 7.650. Apabila dibandingkan dengan Pertamax, kini ada selisih harga sebesar Rp 5.100.
Faktor utama penyebab lesunya bisnis Pertashop adalah selisih harga tersebut, banyak pelanggan yang berpaling menggunakan Pertalite sebagai BBM kendaraan, baik untuk mobilitas barang maupun orang.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Tapin Rahmadi menjelaskan, ada empat Pertashop lainnya milik Bumdesma yang mengalami nasib sama.
“Hampir semua usaha pertashop milik desa sulit melakukan penjualan. Namun masih untung,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, ada enam pertashop yang bekerja sama dengan pertamina di Tapin, di antaranya di Kecamatan Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Piani, Salam Babaris, dan Hatungun, yang dimulai sejak 30 November 2021 lalu. “Semuanya hanya menjual BBM jenis Pertamax,” pungkasnya. ant/yos