Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Inflasi, Lebaran, Dan Pemulihan Ekonomi  

by matabanua
18 April 2022
in Opini
0
D:\Data\April 2022\1904\8\8\Abdurrahman.jpg
Oleh: Abdurrahman, Statistisi Ahli BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Menjelang lebaran Idulfitri tahun 2022, Indonesia dihadapkan pada kekhawatiran melambungnya inflasi. Meski sudah menjadi fenomena musiman, namun inflasi kali ini terasa “spesial” karena kenaikan harga berbagai kebutuhan esensi masyarakat sudah muncul jauh-jauh hari sebelum bulan Ramadan, bahkan di antaranya sejak awal tahun 2022.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Maret 2022, terjadi inflasi sebesar 0,66 persen. Angka inflasi ini menjadi yang tertinggi, bukan hanya selama pandemi, bahkan sejak Mei 2019. Penyumbang inflasi pada Maret 2022 ini terutama berasal dari komoditas cabai merah, emas perhiasan, bahan bakar rumah tangga, dan tentu saja minyak goreng yang menjadi bahan topik hangat. Inflasipun diprediksi akan terus meningkat pada bulan April 2022. Sebab komoditas lain juga terus merangkak naik menjelang lebaran.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Transformasi Polri dan Filosofi Kaizen

1 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Polri dan Nilai Ekonomi Keamanan

1 Juli 2025
Load More

Terbaru, kabarnya Pemerintah bersiap-siap akan menaikkan harga pertalite dan gas LPG 3 Kg. Sebelumnya Pemerintah telah menaikkan harga pertamax, menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen, dan melepas harga minyak goreng premium sesuai mekanisme pasar, yang mengakibatkan harga minyak goreng melonjak naik. Kenaikan harga minyak goreng bahkan ditengarai telah memberikan efek ganda pada naiknya harga makanan yang diolah dengan minyak goreng.

Momentum Pemulihan

Melihat situasi seperti sekarang ini tentu menjadi sulit bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama pada masyarakat bawah. Meskipun pandemi mulai menunjukkan penurunan, namun ekonomi masyarakat belum sepenuhnya pulih sebagaimana sebelum pandemi. Pendapatan masyarakat bawah juga belum sepenuhnya kembali normal. Kemiskinan juga belum mencapai level sebagaimana sebelum pandemi. September 2021 angka kemiskinan Indonesia sebesar 9,71 persen, masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi September 2019 sebesar 9,22 persen. Meski demikian tren kemiskinan sudah menunjukkan adanya penurunan dibanding awal pandemi tahun 2020.

Perekonomian Indonesia memang masih dalam tahap transisi menuju pemulihan. Lebaran adalah salah satu kesempatan yang dapat diambil sebagai bagian dari tahapan pemulihan ekonomi. Meskipun tentu saja di luar lebaran pemulihan ekonomi akan terus berlanjut. Menjelang lebaran perputaran uang biasanya sangat besar. Ini terjadi karena meningkatnya pendapatan masyarakat dari sisi permintaan dan meningkatnya produksi dari sisi penawaran.

Ada dua latar belakang mengapa pendapatan masyarakat meningkat. Pertama karena masyarakat mendapatkan bonus hari raya atau tunjangan hari raya (THR), dan kedua karena meningkatnya penyaluran infak, sedekah serta zakat kepada masyarakat yang berhak menerima. Pendapatan masyarakat yang meningkat diharapkan dapat mengangkat konsumsi masyarakat. Konsumsi yang meningkat dapat menjadi trigger pengungkit roda ekonomi Indonesia. Sebab Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebagian besarnya digerakkan oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga. Porsinya cukup besar, sekitar 54,42 persen dari total PDB pada tahun 2022. Ini artinya jika konsumsi rumah tangga tumbuh, maka setidaknya setengah dari pertumbuhan ekonomi sudah mampu terkatrol naik.

Bonus hari raya sejatinya menjadi instrumen peredam inflasi. Inflasi yang dapat mengancam pada terpuruknya daya beli. Oleh karena itu tak salah jika Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pemberian THR diharapkan menjadi tambahan bantalan akibat dampak ekonomi global, termasuk inflasi. Kebijakan ini diharapkan akan mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional dengan bertambahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok yang terus meningkat.

Perputaran uang saat lebaran tahun ini menjadi semakin besar dengan diperbolehkannya mudik. Kabar gembira ini disampaikan oleh pemerintah, setelah pada 2 edisi Idulfitri sebelumnya pemerintah melarang adanya mudik. Ini artinya potensi menggerakkan roda ekonomi semakin besar. Sektor yang terlibat semakin besar, sebut saja transportasi, komunikasi, perdagangan, dan sektor-sektor yang terlibat lainnya.

Apresiasi

Sesungguhnya pengendalian inflasi, Indonesia boleh dibilang pakarnya. Indonesia dikenal sebagai negara yang mampu mengendalikan inflasi dengan menjaga kestabilan inflasi pada batas toleransi yang ideal. Indonesia berhasil mencapai target inflasi tahunan pada level yang rendah dan stabil sekitar 3 persen.

Oleh karena itu belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut, tentunya Pemerintah melalui tim pengendali inflasi dapat secara sigap merespon perkembangan harga. Pemerintah harus memastikan ketersediaan pangan terutama pada saat Ramadan dan menjelang lebaran seperti sekarang. Sebab pada titik-titik inilah permintaan akan meningkat. Persediaan kebutuhan yang menipis atau bahkan menghilang dari pasar tentu saja akan berpotensi mendorong inflasi.

Pemerintah perlu mempertimbangkan kembali kebijakan menaikkan harga komoditas seperti pertalite, tarif listrik dan komoditas administered price (komoditas yang harga barang atau jasa diatur pemerintah) lainnya. Jika ini dilanjutkan, inflasi dikhawatirkan akan menekan daya beli masyarakat semakin dalam.

Di sisi lain, Pemerintah sudah tepat memberikan kompensasi atas kenaikan minyak goreng pada rumah tangga yang benar-benar memerlukan. Meskipun sebagian ahli berpendapat besaran yang diberikan terlalu kecil dan tidak mampu mengangkat daya beli masyarakat. Namun berapapun kompensasi yang diberikan, tetap akan memberikan dampak. Dengan demikian kekhawatiran inflasi menjelang lebaran dapat ditekan. Inflasi boleh terjadi, namun masih berada pada batas toleransi, agar dampaknya dapat dikompensasi dari bonus hari raya. Akhirnya lebaran tahun ini benar-benar menjadi momentum pemulihan ekonomi Indonesia. Semoga.

Tags: AbdurrahmanBPSinflasilebaranStatistisi Ahli BPS Provinsi Kalimantan Selatan
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA