
SEMUA laki-laki ingin mendapatkan calon isteri yang shalehah, yang dapat membina rumah tangga dengan baik; menciptakan sakinah, mawaddah dan rahmah dalam kehidupan rumah.
Keluarga yang seperti ini merupakan dambaan banyak orang dan merupakan pesan ayat 21 al-Rum di bawah ini, artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikannya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Huan suami isteri -dalam Islam- tercipta melalui ikatan pernikahan dengan tujuan melaksanakan sunnah Rasul dan mendapatkan keturunan. Ketika sudah terjalin hubungan ini masing-masing suami isteri -sudah seharusnya berusaha maksimal- untuk memelihara dan merawat hubungan baik dalam kehidupan mereka. Walaupun perceraian kadang bisa terjadi berikut tidak bisa dihindari dan itu halal, tetapi halalnya kurang disenangan agama. Ketika suami seorang yang saleh dan isteri shalehah, insya Allah kehidupan rumah tangga berjalan harmomis.
Apa standar yang dipakai untuk mengukur seorang isteri sebagai isteri yang shalehah?
Nabi Muhammad saw. pernah mengatakan (1) Tunduk pada perintah suaminya tidak melanggarnya. Sebagai suami yang yang baik, tentu perintah untuk isterinya adalah perintah yang baik bukan untuk yang jelek. Mana mungkin suami yang shaleh lalu kemudian memerintah isterinya untuk tidak puasa Ramadhan umpamanya, untuk tidak ikut shalat sunat tawarih, dan lain-lain umpamanya; aneh.
(2) Sambutan isteri pada suami selalu menunjukkan sambutan yang menggembrakan, bukan sambutan yang mengecewakan. Penanggung jawab dalam rumah tanggal termasuk nafkah untuk kehidupannya berada di pondak seorang suami. Isteri menjadi tanggung jawab suami untuk memberinya nafkah lahir dan batin. (3) Isteri bisa memelihara diri dan harta kekayaan milik mereka ketika suaminya umpamanya tidak berada di sampingnya.
Nah, sekarang lagi bulan Ramadhan; umat Islam yang menenuhi persyaratan selama sebulan diwajibkan berpuasa; kalaupun ada yang -karena sesuatu dan lain hal- di antara mereka kemudian tidak berpuasa; mungkin mengqadanya di luar Ramadhan atau membayar fidayah bagi orang tertentu.
Kemudian bagaimana dengan puasanya seorang isteri yang tidak berbakti pada suamianya? Dia berpuasa, tetapi tidak melaksanakan perintah suaminya, bagaimana? Inilah salah satu doa Jibril pada suatu 1 Syawwal di zaman Nabi Muhammad saw. Ia berdoa agar Allah tidak menerima puasa Ramadhannya seorang isteri yang durhaka pada suaminya. Mudah-mudahan tidak ditemukan seorang isteripun yang tidak berbakti pada suami. Semoga bermanfaat. (*)