WAKIL Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Al-Musawa mengatakan, ibadah umroh di bulan Ramadhan merupakan sunnah Muakkadah. Sunnah Muakkadah itu sunnah yang ditekankan sekali oleh para ulama.
“Para ulama menyatakan minimal umroh sekali seumur hidup kalau memiliki kemampuan istitoah ya. Karena dalilnya adalah di dalam hadis yang bicara tentang haji yang ini juga berkaitan dikiaskan juga dengan umrah yang di dalam Alquran bahkan disebutkan “Dan hendaklah kalian itu melakukan ibadah haji bagi yang mampu untuk sanggup melakukan perjalanan ke sana,” tutur Habib Nabiel Al-Musawa saat diminta menjelaskan pahala umroh di bulan Ramadan.
Jadi kata Habib Nabiel, dalil umroh di bulan Ramadhan itu ada dalam ayat maupun juga dalam hadits itu. Jadi kalau bagi yang ada kemampuan maka hukumnya Sunnah Muakkadah dan sebagaimana ibadah haji wajib hukumnya sekali seumur hidup bagi yang mampu dan umroh sunnah Muakkadah sekali seumur hidup.
“Tetapi bedanya dengan haji adalah kalau umroh boleh berkali-kali, kalau haji boleh saja berkali-kali ya tapi yang diwajibkan adalah sekali seumur hidup kalau umroh boleh berkali-kali. itu pertama kedudukan hukum,” katanya.
Habib Nabiel menyampaikan, umroh yang biasa dilakukan oleh Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sendiri ( sunnah af’al atau perbuatan Rasulullah sendiri). Dan sunnah itu ada tiga, sunnah qauliyah, sunnah fi’liyah ada sunah taqriri.
Habib Nabiel menjelaskan, sunnah qauliyah itu adalah sunnah yang diucapkan oleh Rasulullah, radaksinya (Qolla Rasulullah Shallallahualahi wa Salam) Nah kalau sunah af’al itu adalah sunnah perbuatan beliau, redaksinya ( Qana Rasululah shallallahu alaihi wasallam ya qulu qada, wa qada Rasul melakukan begini begitu, itu af’al.
“Kalau sunnah taqriri adalah sunnah yang artinya persetujuan atau diamnya Rasulullah terhadap suatu perbuatan itu juga sunnah taqriri persetujuan dari Rasul itu sahabat melakukan begini-begitu Rasul membiarkan itu berarti persetujuan taqriri,” katanya.
Sementara, sunnah Af’al Rasulullah dalam kaitan umroh itu beliau biasa melakukan umrah itu di bulan dzulqo’dah. Maka para ulama menyatakan kalau kita ingin mengikuti sunnah af’al dari Rasulullah, maka perbanyak melakukan umrah di bulan dzulqo’dah.
“Maka para ulama menyatakan itu sunnah dan rasul melakukan yang demikian,” katanya.
Lalu bagaimana dengan umrah di bulan Ramadan? Habib Nabiek menegaskan, umrah di bulan Ramadan itu sangat besar pahalanya. Di dalam shahih Bukhari Muslim dikatakannya bahwa al umroh fi ramadhan Hajjah yang artnya umroh di bulan Ramadhan pahalanya setara dengan ibadah haji.
Bahkan dalam riwayat Bukhari dikatakan begitu redaksinya matan nya berbunyi (Al Umrah Fi Ramadhan Taddilu wa Hajja) yang artinya hmrah di bulan Ramadan itu setara atau seimbang dengan pahalanya haji.
Bahkan kata Habib Nabiel, dalam riwayat yang lain diriwayatkan Imam Muslim ‘Al Umroh Fi Ramadham Hajah Mai’ itu umrah di bulan Ramadan itu kata Baginda Rasulullah Shallallahu salam sama pahalanya dengan berhaji bersama Rasulullah. “Masya Allah luar biasa, jadi kalau kita haji bersama Rasulullah ituh udah tidak ada tandingannya yang paling tinggi,” katanya.
Karena itulah, kata Habib Nabiel, para ulama pada saat bulan Ramadan itu banyak yang berangkat ke Tanah Suci untuk melakukan ibadah umrah. Karena hal itu dilakukan untuk merealisasikan atau melaksanakan hadis tersebut. rep/mb06