
Tanggal 1 oktober diperingati sebagai hari kesaktian pancasila. Asal muasal peringatan ini erat kaitannya dengan pemberontakan G30S/PKI yang menjadi sejarah kelam bagi bangsa kita. G30S/PKI sendiri merupakan tragedi pemberontakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno dan mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Salah satu momen yang melepaskan Negara Indonesia dari pemberontakan G30S/PKI yang menewaskan para Jenderal terbaik di Indonesia adalah peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tersebut bisa dijadikan sebagai kebangkitan bagi kita semua untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang cenderung mulai luntur.
Ada sebuah kalimat yang melegenda diucapkan oleh Sang Proklamator Ir. Soekarno, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia.” Kata-kata itu menunjukkan harapan bahwa masa depan sebuah peradaban suatu bangsa itu ditentukan oleh para generasi muda saat ini.
Generasi muda merupakan generasi penerus yang eksistensinya sangat menentukan langkah kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia ke depan. Eksistensi generasi muda menjadi pelopor pergerakan kemerdekaan Indonesia kemudian menjadi tonggak yang sangat menentukan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Baik-buruknya sebuah bangsa dilihat bagaimana para pemudanya menjalankan peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Pemuda begitu diandalkan karena memiliki karakteristik semangat yang berapi-api, kuat, penuh dinamika dan idealisme, khususnya dalam semangat kemerdekaan tahun 1945. Tantangan besarnya adalah apakah pemuda saat ini masih memiliki karakteristik yang sama, khususnya di era teknologi yang berkembang pesat saat ini.
Seiring perkembangan zaman muncullah sebuah istilah anak muda yang lahir sekita 1980 hingga tahun 1995 disebut dengan istilah Generasi melineal. Generasi melenial adalah generasi yang lahir pada saat teknologi telah maju.
Mereka tumbuh di dunia yang telah mahir menggunakan media sosial dan juga smartphone sehingga otomatis mereka sangat mahir dalam teknologi. Generasi milenial sering disebut dengan generasi tanpa batas, maksunya adalah generasi tanpa dibatasi ruang dan waktu atau lebih dikenal dengan dunia maya, secara langsung maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia. Hal ini terkadang tidak disadari oleh masyarakat kita khususnya para milenial, bahkan mereka banyak yang menganggap bahwa nilai-nilai dan ideologi asing justru menjadi pandangan hidupnya yang lebih modern seperti materialisme, hedonisme, konsumerisme.
Sehingga peranan generasi muda terutama dalam mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan masyarakat menjadi semakin surut. Secara khusus persoalan generasi muda dengan eksistensi jiwa mudanya semakin meninggalkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila tidak lagi menjadi landasan utama dalam bertindak dan berperilaku dari berbagai segi kehidupan generasi muda. Seharusnya Pancasila menjadi landasan utama yang dijadikan pedoman dan petunjuk arah bagi semua elemen bangsa Indonesia baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat, dan bernegara. Kondisi ini memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam dan multi dimensional.
Pesatnya perkembangan ilmu teknologi menjadi kekhawatiran terbesar dalam perubahan karakter dan juga tingkah laku generasil milenial. Generasi milienial atau (teori William Straus dan Neil Howe) yang saat ini berumur antara 18 36 tahun, merupakan generasi di usia produktif. Generasi ini akan memainkan peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Generasi milenial memiliki semangat produktivitas yang tinggi serta memiliki relasi yang baik antar generasi lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat mudah dipengaruhi oleh trend dan budaya luar. Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak bagi kehidupan manusia.
Dampak tersebut bisa menguntungkan dan juga bisa merugikan, berdampak menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidup. Namun juga dapat berdampak merugikan, apabila terperdaya dengan pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini berarti dampak teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai aspek kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita. Perkembangan teknologi ternyata masih menjadi hambatan untuk mendekatkan dan menyatukan anak bangsa. Akibat dari tidak seimbangnya antara perilaku milenial dengan penerapan Pancasila sebagai ciri khas bangsa kita, seperti gotong royong yang mulai memudar seiring berjalannya waktu. Hal ini menjadikan generasi milenial menjadi manusia yang individualis, serta kurangnya rasa Nasionalisme dan Patriotisme.
Fenomena kecenderungan karakter dan kepribadian generasi muda sekarang ini semakin menjauh dari nilai-nilai Pancasila dan kehilangan jati diri sebagai suatu individu yang berakar dari nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kondisi faktual saat ini yang menggerus kepribadian generasi muda seperti: hilangnya identitas budaya bangsa, tawuran pelajar dan mahasiswa, narkoba, seks bebas, fenomena genk motor, kekerasan yang dilakukan generasi muda, dan degradasi moralitas pelajar menuntut pihak-pihak yang berkompeten untuk mengantisipasi dan menanggulangi berbagai persoalan tersebut. Padahal sudah lebih dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya generasi muda telah dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan strategis yang penuh dilema, tantangan hidup yang semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena terjadinya degradasi nilai-nilai luhur bangsa.
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek seperti diatas perlu diupayakan untuk Menyiapkan generasi muda untuk mampu menyelesaikan berbagai persoalan bangsa serta menjauhkan mereka dari kontaminasi berbagai virus yang menggerogoti mentalitas bangsa dan hal-hal negatif dari generasi muda. Untuk memfilter berbagai pengaruh negatif globalisasi, dalam pendidikan perlu dikembangkan konsep dan implementasikan yang didasarkan oleh nilai-nilai Pancasila dan agama.
Pendidikan pancasila dan agama sangatlah penting bagi para generasi muda Indonesia agar dapat terbentuk karakter yang unggul dan berakhlak mulia. Pancasila harus mewarnai segala instrument pendidikan dalam rangka menyiapkan generasi muda menjadi warga negara seperti yang diharapkan masyarakat, bangsa, dan negara. Pancasila yang digali dari nilai-nilai budaya bangsa menjadi nilai-nilai yang diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian generasi muda memiliki ketahanan budaya yang dikembangkan dari Pancasila untuk menghadapi berbagai tantangan global
Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa mendatang harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki modal dasar sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas sosial) dalam masyarakat. Karena pemuda merupakan suatu potensi yang besar sebagai armada dalam kemajuan bangsa. Peran pemuda sangat penting dalam membangun peradaban dan kemajuan suatu bangsa. Upayab yang harus dilakukan oleh generasi muda pada masa sekarang ini adalah :
1.Mewariskan nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya, seperti gotong royong, musyawarah, nasionalisme, demokrasi Pancasila, persatuan dan kesatuan, kerjasama, identitas jati diri, budaya, dan sebagainya
2.Membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila. Pendidikan dengan Pancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik. Berdasarkan hal tersebut perlunya generasi muda terlibat secara lebih aktif melalui penguatan identitas Indonesia dan ketahanan budaya dalam konteks interaksi dalam komunitas masyarakat dengan membentuk ikatan kolektivitas, rasa kebersamaan yang melahirkan dan menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an dan mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi selanjutnya.
3.Memperkuat jati diri sebagai sebuah bangsa. Jati diri bangsa merupakan sesuatu yang telah disepakati bersama seperti cita-cita masa depan yang sama berdasrkan pengalaman sejarah, baik pengalaman yang menggembirakan maupun yang pahit. Pembentukan Karakter dan Moralitas bagi Generasi Muda yang Berpedoman pada Nilai-nilai Pancasila serta Kearifan Lokal sebagai suatu bangsa dan oleh sebab itu bertekad untuk memperbaiki masa depan yang lebih baik. Pendidikan mempunyai peran yang fundamental dalam memperkuat nasionalisme dan jati diri bangsa di tengah berbagai persoalan internal dan eksternal bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita perlu penguatan budaya dalam pendidikan untuk penguatan identitas nasional
4.Penguatan nilai etnik dan nasionalisme generasi muda. Nilai-nilai etnik di Indonesia yang sangat majemuk bisa menghadapi modernitas globalisasi. Generasi muda dapat mengakomodasi nilai-nilai tradisional tersebut agar menjadi kuat perannya dan sebagai dasar dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Untuk itulah generasi muda perlu mengembangkan nilai-nilai luhur dalam etnik yang majemuk menjadi hal utama yang harus dikembangkan menjadi identitas dan jati diri bangsa menjadi lebih kuat terhadap tantang modernitas dan globalisasi.